Changes and Adaptation of Students in the Face of the Pandemic: Stress, Coping, and Resilience of Individuals and Family

Yohana Ratrin Hestyanti, Angela Oktavia Suryani, Penny Handayani, Wieka Dyah Partasari, Weny Savitri S. Pandia, Irwanto, Lis Lestari, Kristinus Sembiring, Ferdinand Bele Sole, Godlif Sianipar, Aprilia Br Sitepu, Gabriela Abigail

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Abstract

The Covid-19 pandemic has been going on for more than a year, and there is still no certainty when it will end. Education institutions experienced the most significant impacts because the learning process became online to prevent transmissions. These changes raised various problems. This study aims to determine the changes and problems experienced by the students during online learning, the stress levels, and students’ coping strategies. This mixed-method study involves 5018 undergraduate (S1) students (female = 66.12%) from the 2016 – 2020 classes across 20 universities in Indonesia located in the East and the West part of Indonesia. Data collection was carried out in March 2021 using the quota sampling method. The instruments used are the Perceived Stress Scale and the adapted Brief COPE to suit the student context. The result of this study indicates that the majority of participants (77%) have difficulties in absorbing materials, 66% complaint that the tasks become very numerous, 49% have difficulties joining online classes due to signal problems, 60% experience a reduced family income, 39% have economy crisis, 64% experience infrequent rest time, 56% experience unhealthy lifestyle because of the overuse of gadgets. The level of stress experienced by the university students at moderate to high levels was 85%. The students’ coping strategies also play a role in their stress levels. The result of the multiple regression shows that when students use ‘less useful’ coping strategies it contributes to the increase of perceived stress (R2 = 0.29, F= 672.18, p < 0.001, r= 0.56). The qualitative analysis results show that there were mental health problems in some students, which required the attention of the college leaders. We provide several recommendations for further study and student mental health care programs.

Abstrak

Pandemi Covid19 telah berlangsung lebih dari satu tahun dan masih belum ada kepastian kapan akan berakhir. Salah satu dampak terbesar dialami oleh dunia pendidikan di mana proses pembelajaran dilakukan secara daring untuk mencegah penularan. Perubahan bentuk pembelajaran ini menimbulkan berbagai masalah. Studi ini bertujuan mengetahui perubahan dan masalah yang dialami para mahasiswa selama pembelajaran daring, tingkat stres, dan mekanisme coping mahasiswa. Penelitian ini melibatkan 5018 mahasiswa strata satu (S1) (perempuan = 66.12%), dari angkatan 2016 – 2020, yang tersebar di 20 Perguruan Tinggi di Indonesia. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2021 dengan metode kuota sampling. Instrumen penelitian yang digunakan memuat pertanyaan terkait dengan perubahan dan masalah yang dialami mahasiswa, tingkat stress, dan jenis coping yang dipraktekan. Alat ukur yang digunakan yakni Perceived Stress Scale, dan Brief COPE telah diadaptasi disesuaikan dengan konteks mahasiswa. Hasil studi ini menunjukkan bahwa mayoritas partisipan (66%) menunjukkan bahwa selama pembelajaran daring tugas-tugas menjadi sangat banyak, 77% mengalami kesulitan menyerap pembelajaran, 49% kesulitan mengakses pembelajaran karena kendala sinyal, 60% mengalami berkurangnya perekonomian keluarga, 39% mengalami kesulitan ekonomi, 64% merasakan waktu istirahat menjadi tidak menentu, 56% menyatakan hidup sudah tidak cukup sehat karena penggunaan gawai. Tingkat stres yang dialami pada tingkat sedang hingga tinggi sebanyak 85%. Strategi coping mahasiswa juga berperan dalam meningkatnya tingkat stres. Hasil multiple regression menunjukkan bahwa sejumlah coping yang masuk dalam kategori less useful (self distraksi, venting, self blame, denial, substance use, and behavioural disengagement) berkontribusi terhadap peningkatan perceived stress (R2 = 0.29, F= 672.18**, R= 0.56**). Dari sejumlah hasil analisis kuantitatif dan kualitatif, ditemukan adanya persoalan kesehatan mental mahasiswa, sehingga membutuhkan perhatian para pimpinan perguruan tinggi. Beberapa rekomendasi untuk tindak lanjut penanganan kesehatan mahasiswa dibahas lebih lanjut.

Penelitian ini bertujuan melihat perubahan apa saja yang dialami mahasiswa selama masa pandemi dan apa dampak dari perubahan tersebut (stres), serta strategi coping yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menghadapi berbagai perubahan dan masalah atau situasi yang dihadapi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa di masa pandemi terlihat banyak tantangan yang dialami oleh mahasiswa. Perubahan bentuk pembelajaran dari luring menjadi daring membawa berbagai perubahan, yang berdampak pada kehidupan mahasiswa. Hal ini membutuhkan kesiapan dari mahasiswa dan juga pendampingan dari lingkungan, dalam hal ini orang tua, dosen/pihak kampus.

Hasil

Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis data kuantitatif mengenai berbagai perubahan dan tantangan  kehidupan yang dialami oleh partisipan sebagai dampak dari Pandemi Covid 19:

Perubahan apa saja yang Anda alami dalam proses pembelajaran?
PilihanTotalPersentasi
Seluruh pembelajaran dilakukan secara daring (online)429586%
Tugas-tugas semakin banyak333266%
Mengerjakan tugas kelompok menjadi lebih sulit307461%
Hubungan dengan dosen menjadi lebih renggang222944%
Waktu pembelajaran lebih pendek126425%
Waktu pembelajaran lebih panjang101420%
Apa saja masalah yang Anda alami terkait dengan perubahan tersebut?
PilihanTotalPersentase
Kesulitan mencerna / menyerap pelajaran386577%
Bosan atau tidak tertarik belajar261652%
Tidak dapat mengakses pembelajaran karena kendala sinyal245849%
Kesulitan tempat / fasilitas belajar daring195339%
Menyepelekan pelajaran147629%
Ketinggalan pelajaran103321%
Perubahan apa saja yang Anda alami dalam lingkup keluarga?
PilihanTotalPersentase
Perekonomian keluarga menjadi berkurang303460%
Waktu luang yang digunakan bersama dalam keluarga menjadi lebih banyak263553%
Hubungan dengan anggota keluarga menjadi lebih dekat216043%
Masalah dalam keluarga menjadi semakin banyak133427%
Apa saja masalah yang Anda alami terkait dengan perubahan dalam keluarga tersebut?
PilihanTotalPersentase
Kesulitan ekonomi terasa sekali dalam keluarga197839%
Tidak ada masalah yang berarti194739%
Merasa tertekan139528%
Semakin tidak betah di rumah101320%
Lebih mudah marah dengan anggota keluarga99020%
Harus bekerja keras untuk meningkatkan keuangan keluarga75015%
Terjadi konflik dalam keluarga65713%
Mengalami kekerasan emosional  / verbal dari orang rumah1273%
Mengalami kekerasan fisik dari orang di rumah391%
Perubahan apa saja yang Anda alami dalam hubungan pertemanan Anda?
PilihanTotalPersentase
Waktu luang yang digunakan bersama teman menjadi lebih sedikit319664%
Hubungan dengan teman-teman dekat menjadi lebih renggang251650%
Pertemanan menjadi tidak asyik lagi191538%
Apa saja masalah yang Anda alami terkait dengan perubahan pertemanan tersebut?
PilihanTotalPersentase
Komunikasi saya terputus dengan beberapa teman saya251050%
Saya jadi semakin merasa kesepian222844%
Saya semakin tertutup dengan teman-teman saya157731%
Tidak ada masalah yang berarti154031%
Tidak ada lagi sumber dukungan kalau saya sedang ada masalah115423%
Konflik dengan teman4168%
Perubahan apa saja yang Anda alami dalam pemakaian gawai / gadget Anda?
PilihanTotalPersentase
Waktu yang saya gunakan untuk beraktivitas dengan gawai/gadget meningkat pesat389078%
Penggunan sosial media (Instagram/LINE/Whatsapp/dll) meningkat390778%
Waktu istirahat menjadi tidak menentu319864%
Meningkatnya intensitas belanja secara daring169534%
Cemas jika sedang tidak menggunakan gadget/gawai143329%
Meninggalkan aktivitas sebelumnya (seperti olahraga atau mengurus rumah)147029%
Masalah apa saja yang Anda alami terkait dengan perubahan aktivitas penggunaan gawai/gadget
PilihanTotalPersentase
Saya merasa hidup saya tidak cukup sehat280056%
Saya merasa saya sudah dalam tahap kecanduan media sosial211842%
Saya merasa saya sudah dalam tahap kecanduan gawai188638%
Hubungan saya dengan orang-orang dekat saya jadi terganggu110822%
Saya menjadi merasa minder melihat postingan orang di medsos103121%
Saya merasa marah kalau orang tua saya mengomentari mengenai perilaku saya dengan gawai67513%
Apa saja kegiatan yang Anda lakukan selama masa pandemi ini ?
PilihanTotalPersentase
Kuliah jarak jauh447489%
Membantu orang tua/kerabat/orang yang tinggal dengan saya302160%
Berdiam saja di rumah243148%
Bertemu secara luring (offline) dengan teman-teman dekat154631%
Melakukan bisnis secara daring dari rumah sebagai penghasilan tambahan90218%
Bertemu secara daring dengan teman-teman dekat secara rutin76615%
Membantu masyarakat3767%

Analisis lebih mendalam guna melengkapi analisis data kuantitatif dilakukan dengan metode kualitatif, melalui pertanyaan terbuka yang disebarkan kepada semua partisipan. Dua aspek yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

  1. Aspek Pendidikan

a. Kondisi dan Proses KBM Daring

Para partisipan merasakan bahwa selama pandemi membuat kondisi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dirasakan : (1) Kondisi dan proses KBM daring yang dianggap kurang efektif, (2) Pemberian materi dinilai monoton dan tidak menarik, dan (3) Merasa jenuh dan bosan selama mengikuti KBM. Hal tersebut cukup selaras dengan hasil data kuantitatif yang ada. Guna mengatasi hal tersebut, saran yang dilontarkan para partisipan adalah : (1) Pembelajaran yang diharapkan dapat dikemas dengan lebih menarik dan mudah dipahami, dan (2) Meminimalisasi  kesulitan dalam memahami materi dengan teknik penyampaian materi  satu arah dan kurangnya kegiatan diskusi.

b. Keterbatasan Kuota & Jaringan Internet yang Stabil Selama Mengikuti KBM Secara Daring

Selama masa pandemi, partisipan juga merasakan bahwa : (1) Adanya beban pembelian kuota yang semakin meningkat, terutama pada penggunaan jejaring seperti Zoom, Googlemeet, dan Teams yang membutuhkan kuota yang sangat besar, ditambah dengan adanya tuntutan untuk menyalakan kamera, (2) Beberapa responden mengatakan mereka berdomisili di daerah yang cukup terpencil, seringkali mengalami kendala teknis. Oleh karenanya muncul harapan bantuan kuota gratis agar diberikan secara merata dan rutin setiap bulannya.

c. Harapan Kembali KBM Secara Luring Dengan Mengikuti Protokol Kesehatan 5M

Pembelajaran daring dinilai tidak dapat menghasilkan output pembelajaran efektif KBM yang dilakukan secara luring, terutama pada mata kuliah yang mengharuskan kegiatan praktikum. Para partisipan menyarankan bahwa KBM secara luring dapat kembali dikaji dan disesuaikan dengan protokol kesehatan.

d. Bantuan Pemotongan Biaya Kuliah Selama Pandemi

Pada area finansial, para partisipan merasa bahwa selama pandemi kondisi ekonomi responden mengalami penurunan, yang berimbas terhadap kemampuan responden untuk memenuhi pembayaran kuliah. Hal yang diharapkan adanya pemotongan atau  keringanan biaya kuliah.

2. Aspek Kesehatan Mental

Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis kualitatif mengenai aspirasi partisipan terkait kebutuhan program kesehatan mental. Dalam penelitian, partisipan diminta untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan terbuka : Tuliskan aspirasi / saran  Anda kepada pihak Perguruan Tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis mahasiswa. Hasil analisis kualitatif terhadap semua jawaban partisipan menghasilkan 5 (lima) saran atau rekomendasi. Yang menarik dari respon partisipan adalah selain menyampaikan aspirasi mereka terkait kebutuhan program kesehatan mental di Perguruan Tinggi di mana partisipan menempuh pendidikan, mereka juga menyampaikan saran-saran konkrit yang dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak Perguruan Tinggi. Adapun ke 5 ( lima) saran dan rekomendasi sebagai berikut :

a. Kebijakan dalam pemberian tugas kepada mahasiswa selama proses perkuliahan secara daring.

Tugas menjadi stressor atau sumber tekanan tersendiri bagi mahasiswa. Oleh karena itu beberapa saran yang disampaikan partisipan kepada Perguruan Tinggi & dosen terkait tugas agar lebih “ramah bagi mahasiswa sebagai berikut :a) mengurangi jumlah tugas yang diberikan kepada mahasiswa. b) dosen mempertimbangkan deadline pengumpulan tugas agar tidak terlalu singkat,  c) memberikan tugas dengan penjelasan yang memadai juga menjadi salah satu saran berkaitan dengan tugas, d)pertimbangan dalam menentukan jenis tugas apakah tugas individu atau tugas kelompok, e)mempertimbangkan waktu kuliah, tidak di malam hari, hari Sabtu atau hari Libur. 

“Memohon untuk dosen mengerti kesusahan mahasiswa juga dalam pandemi. Contohnya di saat belajar kami juga sering dipanggil orang tua untuk melakukan sesuatu.Kami tertekan dengan tugas juga hehehe. Memang sih tugas wajib bagi kami, tapi di saat pandemi juga kami membantu ortu untuk mencari biaya ekonomi untuk keluarga. Untuk tugas boleh diatur agar tidak terlalu banyak”

 b. Penerapan metode belajar mengajar yang meningkatkan kesehatan mental  mahasiswa

Partisipan menyarankan agar Perguruan Tinggi & dosen menerapkan metode belajar mengajar yang mendukung kesejahteraan psikologis mahasiswa, di antaranya : a) metode belajar mengajar yang bervariasi, tidak monoton & membuat bosan, b) dosen bersikap peduli, lebih santai dan humoris, c) memberikan ice breaking & games yang menghibur selama perkuliahan daring, termasuk menonton film-film pendek, d)secara rutin menanyakan kondisi psikologis mahasiswa, memotivasi mahasiswa & memberi kesempatan mahasiswa untuk curhat selama kuliah.

“Saya berharap pembelajaran yang dilakukan lebih santai dan tidak tegang. Dan lebih mengedepankan membangun hubungan emosional dengan cara saling menegur dan menanyakan kabar dan sekali-sekali diselingi dengan candaan sehingga energi positif yang ada dalam diri bisa aktif dan memudahkan dalam menerima materi yang akan diberikan 🙂 🙂 “

c. Dosen yang lebih peduli, suportif & memahami kesulitan mahasiswa selama masa pandemi.

Partisipan menyarankan agar dosen mengembangkan sikap yang lebih peduli, bersedia mendengarkan, memahami mahasiswa, mendukung & memotivasi mahasiswa yang mengalami berbagai masalah dan kesulitan selama masa pandemi. Saran ini sejalan dengan saran yang juga diberikan kepada Perguruan Tinggi untuk memahami kondisi dan berbagai masalah yang dialami oleh mahasiswa. Saran lain yang disampaikan oleh partisipan adalah agar pengelola Perguruan Tinggi  memberikan pengarahan kepada para dosen agar bersikap lebih peduli dan memahami kondisi mahasiswa tersebut. 

“Semoga ibu/bapak dosen lebih friendly, dan juga lebih pengertian terhadap mahasiswa yang memiliki kekurangan dalam fasilitas pembelajaran”

d. Mengadakan pertemuan daring untuk meningkatkan kesehatan mental mahasiswa

Beberapa bentuk pertemuan daring yang disarankan oleh partisipan adalah a) webinar dengan topik-topik kesehatan mental, b)support group di antara mahasiswa, c) pertemuan rutin (mingguan/dua mingguan/bulanan) dengan Dosen penasehat akademik untuk konsultasi masalah-masalah pribadi, memberikan support dan bimbingan kepada mahasiswa, d) doa bersama atau retreat. Selain mengadakan pertemuan secara daring, partisipan juga menyarankan pihak Perguruan Tinggi melakukan beberapa hal sebagai berikut : a)membuat konten-konten mengenai kesehatan mental yang disampaikan melalui media sosial, b)membuat link/ kotak saran di mana mahasiswa bisa menyampaikan keluhan secara tertulis/via email, c) Perguruan Tinggi secara periodik membuat survey untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi psikologis mahasiswa.

“Mengadakan webinar umum secara gratis guna memberi relaksasi/meditasi/kegiatan menyenangkan lain. Kegiatan offline seminggu sekali di kampus/luar kampus sangat berarti bagi kami”

e. Menyediakan layanan konseling dengan profesional

Partisipan tampaknya menyadari ada mahasiswa-mahasiswa yang mengalami masalah-masalah yang lebih serius yang tidak cukup dibantu melalui pertemuan virtual pada saran no. 4. Oleh karena itu diperlukan layanan konseling dengan profesional (psikolog) yang disarankan. Adapun aspirasi partisipan terhadap layanan konseling profesional bagi mahasiswa adalah : a) layanan konseling diberikan secara gratis, b) Pihak Perguruan Tinggi lebih gencar mempromosikan dan menginformasikan mengenai layanan konseling tersebut.“Sebenarnya ingin ada konseling gratis dalam kurun waktu tertentu dan kalau bisa pilih sendiri konselornya akan lebih nyaman (tapi sepertinya sulit jadi tidak ada juga tidak masalah)”….tolong berikan jasa konseling terhadap mahasiswa dan jikalau memang telah ada tolong berikan informasi sejelas mungkin karena biasanya banyak mahasiswa yang tidak paham dengan sistem konseling di kampusnya sendiri. Terimakasih”

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa mengalami berbagai perubahan selama pandemi Covid-19, dimana perubahan yang terjadi menimbulkan stress pada mahasiswa. Pada penelitian ini sendiri ditemukan bahwa tingkat stress mahasiswa berada pada kategori sedang hingga tinggi sebanyak 85%. Adapun strategi coping yang dilakukan oleh mahasiswa adalah problem focused coping dan emotion focused coping. Hasil penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa strategi coping yang bersifat less useful berkontribusi terhadap peningkatan stress mahasiswa.

Summary

Based on the results of the research conducted, it can be concluded that students experienced various changes during the Covid-19 pandemic, where the changes that occurred caused stress to students. In this study, it was found that the stress level of students was in the medium to high category as much as 85%. The coping strategies used by students are problem focused coping and emotion focused coping. The results of the research conducted also showed that less useful coping strategies contributed to the increase in student stress.