Categories
Kegiatan PKPK

Kekhawatiran Siswa SMA di Masa Pandemi

Oleh : Aviana Belinda & Penny Handayani

Fakultas Psikologi UNIKA Atma Jaya Jakarta 

aviana.202007000015@student.atmajaya.ac.id

penny.handayani@atmajaya.ac.id

Tampak seperti mimpi menjadi nyata bagi siswa sekolah menengah atas formal, untuk bersekolah dari rumah yang ternyata tidak seindah yang dibayangkan. Banyak tantangan dan hambatan yang tentunya harus dirasakan. Hal ini terjadi akibat adanya wabah penyakit Covid-19. Karena adanya virus yang berbahaya ini, seluruh aktivitas menjadi terhambat bahkan terhenti, dan dilaksanakan secara daring dari rumah. Mulai dari sekolah, kerja, ibadah, dan kegiatan lainnya. Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus Corona, ditetapkan bahwa proses pembelajaran diubah menjadi pembelajaran daring yang dilakukan dari rumah. Sedangkan menurut Harry Stack Sullivan (1953) pada masa remaja, teman menjadi semakin penting dalam memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan akan keintiman meningkat selama masa remaja awal, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat. Dan jika remaja gagal untuk mengembangkan persahabatan yang dekat, mereka akan mengalami kesepian dan rasa harga diri berkurang (Santrock, 2019). 

Sekolah yang sebelumnya menjadi tempat bagi remaja menghabiskan waktu terbanyak harus tergantikan oleh rumah. Dalam situasi tertentu, sekolah adalah ruang mendasar untuk dukungan emosional, pemantau risiko, kelangsungan pendidikan, dan dukungan sosial dan material bagi siswa dan keluarga (Eclac, 2020). Namun, dengan diberlakukannya pembelajaran daring, sekolah sebagai tempat bagi siswa untuk mendapat dukungan secara emosional, sosial, dan lainnya menjadi hilang. Siswa yang sebelumnya dapat berinteraksi langsung dengan teman, guru, dan pegawai sekolah lainnya terhenti. Anak dan orangtua juga menjadi lebih banyak menghabiskan waktu bersama hingga 24 jam. 

Salah satu permasalahan yang muncul dari diberlakukannya pembelajaran jarak jauh adalah, hubungan anak dan orangtua yang kurang baik memperberat kondisi anak (detikNews, 2021). Dikarenakan disaat orangtua sedang mengalami stres, anak dapat tertular akibat omelan orangtua. Omelan orang tua ini berupa dorongan untuk belajar  yang menekan anak. Sedangkan dengan pembelajaran daring, banyak anak didik yang tidak bisa menyerap mata pelajaran dengan baik (kemdikbud, 2021). Dengan kondisi ini, tidak jarang anak mengalami perguncangan kesehatan mental, ditambah lagi mereka harus mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi. 

Adanya pandemi ini memberikan pengalaman yang berat bagi anak, terutama bila mereka harus melihat  dampak Covid-19 dalam keluarga mereka. Menurut hasil survey Satgas Penanganan  Covid-19, anak mengalami rasa bosan, khawatir, dan tidak aman. Dari hasil survei  KPPPA memaparkan bahwa ada sebagian anak yang merasa takut, paranoid, dan biasa saja (Arifin, 2020). Lebih lanjut, dampak yang dirasa kecil ini dapat membawa pengaruh  yang lebih serius pada kesehatan mental anak. Kondisi yang mungkin dialami oleh siswa SMA adalah kecemasan. Kecemasan pada siswa dapat disebabkan karena berbagai hal,  diantaranya sebagai berikut : 

  1. Koneksi internet yang tidak stabil adalah salah satu penyebab rasa cemas atau  khawatir bagi siswa, karena mereka mengalami kesulitan dalam mengikuti  pembelajaran. Dengan koneksi yang tidak stabil ini dapat membuat siswa tidak  bisa mengikuti suatu pelajaran, tidak bisa mengikuti ulangan, atau  keterlambatan pengumpulan tugas (Oktawirawan, 2020). Kondisi ini terutama  bagi mereka yang tinggal di kota kecil yang masih sulit dijangkau internet. 
  2. Proses belajar yang berlangsung secara daring ini juga dirasa lebih melelahkan dan membosankan, karena tidak adanya interaksi langsung antara siswa dan guru maupun teman. Melainkan komunikasi yang ada dilakukan hanya melalui layar. Hal ini dapat menimbulkan frustasi yang bila terus dibiarkan akan menjadi pemicu stres (Muslim, 2020).  
  3. Dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh guru juga ikut mempengaruhi  tingkat stres pada siswa (Chaterine, 2020). Perasaan stres ini ditimbulkan karena tekanan untuk menyelesaikan tugas dengan pemberian waktu pengerjaan yang singkat (Raharjo & Sari, 2020). Banyaknya tugas yang diberikan membuat siswa mendapat waktu istirahat yang sedikit dan tidak memiliki waktu untuk hiburan atau melakukan aktivitas yang mereka sukai. Akibatnya, siswa menjadi lebih lelah secara fisik dan mental. 

Dengan adanya perasaan cemas atau kekhawatiran yang berlebih dialami oleh siswa dapat menimbulkan masalah yang lebih serius, terlebih lagi bila berangsur lama. Oleh karena itu, penting peranan orangtua untuk membangun hubungan dengan anak di iklim pandemi seperti sekarang ini, untuk membantu anak dalam menghadapi hambatan dan waktu yang sulit. 

Kebijakan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang ditetapkan oleh pemerintah tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga banyak dampak negatif terutama bagi siswa yang harus menghadapi perubahan luring ke daring. Siswa juga dituntut untuk dapat beradaptasi dalam waktu yang singkat, padahal kondisi ini adalah keadaan yang sangat baru baik bagi siswa maupun masyarakat secara luas. Meskipun begitu, pemberlakuan pembelajaran jarak jauh ditetapkan demi kepentingan dan keamanan bersama demi tercapainya kondisi yang normal kembali. Sehingga, ada baiknya bagi kita  semua untuk mengikuti peraturan yang ada, agar selalu dalam keadaan yang sehat dan segala aktivitas dapat segera kembali normal.

Referensi: 

Arifin, D. (2020, April, 11). KPPPA: Hasil Survei AADC-19 Sebagian Besar Anak  Waspada Covid-19. Retrived from https://bnpb.go.id/berita/kpppa-hasil-survei aadc19-sebagian-besar-anak-waspada-covid19 

Chaterine, R. N. (2020, March 18). Siswa belajar dari rumah, KPAI: Anak-anak stres  dikasih banyak tugas. Detik News. Retrieved from https://news.detik.com/berita/d 4944071/siswa-belajar-dari-rumah-kpai-anak-anak-stres-dikasih-banyak-tugas 

Eclac. (2020). COVID-19 Report : Education in time of COVID-19.  https://repositorio.cepal.org/bitstream/handle/11362/45905/1/S2000509_en.pdf 

Kemdikbud. (2021, April, 20). Dampak Negatif Satu Tahun PJJ, Dorongan Pembelajaran  Tatap Muka Menguat. Website Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Retrived  from https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/04/dampak-negatif-satu tahun-pjj-dorongan-pembelajaran-tatap-muka-menguat 

Muslim, M. (2020). MANAJEMEN STRESS PADA MASA PANDEMI COVID 19. ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), 192-201. Retrieved from https://ibn.e-journal.id/index.php/ESENSI/article/view/205 

Oktawirawan, D. H. (2020, Juli). Faktor Pemicu Kecemasan Siswa dalam Melakukan  Pembelajaran Daring di Masa Pandemi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari  Jambi. Retrived from  http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/download/932/698 

Raharjo, D. B., & Sari, R. R. N. (2020, March 19). Belajar online di tengah corona, ada  siswa mengeluh tensi darah naik. Suara. Retrieved from  https://www.suara.com/news/2020/03/19/205940/belajar-online-di-tengah corona-ada-siswa- mengeluh-tensi-darah-naik 

Yasmin. (2021). Hampir Setahun Belajar dari Rumah Bagaimana Kabar Kesehatan  Mental Peserta Didik. Detik News. Retirived from https://news.detik.com/berita/d 5388321/hampir-setahun-belajar-dari-rumah-bagaimana-kabar-kesehatan mental-peserta-didik 

Pusdiklat Pegawai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020, Maret 24). SURAT  EDARAN MENDIKBUD NO 4 TAHUN 2020 TENTANG PELAKSANAAN  KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM MASA DARURAT PENYEBARAN CORONA  VIRUS DISEASE (COVID-19). Retrived from  https://pusdiklat.kemdikbud.go.id/surat-edaran-mendikbud-no-4-tahun-2020- 

tentang-pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran corona-virus-disease-covid-1-9/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *